Mereka yang tidak belajar dari sejarah akan terkutuk untuk mengulangi kesalahannya kembali.

Ungkapan ini adalah sebuah keniscayaan yang harus menjadi perhatian bagi semua orang yang tidak ingin jatuh ke dalam lubang “kesalahan” yang sama yang terjadi di masa lalu. Di hari-hari terakhir sejarah bumi ini, perjalanan gereja telah membentang menjadi sebuah sejarah panjang di depan mata kita, sebuah sejarah yang mengisahkan peristiwa-peristiwa besar yang menandai proses reformasi gereja, sebuah catatan-catatan fakta yang diakui secara universal oleh gereja moderen.

Tinggal sekarang apakah kita mau menjadikannya sebuah peringatan atau tidak. Itu adalah bagian kita, memilih untuk belajar dari kesalahan masa lalu atau tetap berada dalam kebodohan dengan mengulangi kesalahan yang sama. Terang yang besar sudah terbuka bagi generasi ini. Kita semua pada saat ini dapat dengan bebas mengakses semua fakta-fakta sejarah yang dapat kita pelajari.

Zaman ini, telah banyak orang yang mengaku percaya dan menerima Yahushua sebagai Juruselamat namun menolak beberapa kepercayaan-kepercayaan penting yang lain. Mereka mengaku menerima Yahushua sebagai Anak Yahuwah dan percaya kepada kematian dan kebangkitan-Nya. Tetapi mereka tidak punya pendirian mengenai dosa, mereka menolak bahwa dosa ialah pelanggaran terhadap hukum Yahuwah [1 Yohanes 3:4]. Inilah injil moderen yang palsu.

Berawal dari penetapan dan pengukuhan gereja melalui pemberitaan injil yang dilakukan langsung oleh Yahushua, sekitar dua ribu tahun yang lalu, gereja telah dikokohkan dengan diawali oleh perjuangan yang keras melawan tradisi-tradisi yang telah dihargai lebih tinggi dari perintah-perintah Yahuwah. Dunia pada saat itu, yang sama dengan dunia pada saat ini, telah begitu pandai mengesampingkan perintah-perintah Yahuwah demi mempertahankan tradisi nenek moyang.

Yahushua berkata pula kepada mereka: “Sungguh pandai kamu mengesampingkan perintah Yahuwah, supaya kamu dapat memelihara adat istiadatmu sendiri.

Markus 7:9

Injil yang murni selalu menjadikan Kitab Suci sebagai acuan. “Perbuatlah apa yang tertulis maka kamu akan hidup”, demikianlah perintah Sang Juruselamat [baca Lukas 10:25-28]. Itulah pelajaran pertama yang harus kita catat.

Injil moderen yang palsu di satu sisi, memberitahu orang-orang bahwa mereka sedang menuju surga, sementara mereka tidak hidup dalam pertobatan. Kita harus memberitakan injil secara menyeluruh jika kita ingin mendapatkan para petobat yang sejati. Dua hal yang harus kita lakukan untuk diselamatkan:

  1. Bertobat dan berbalik dari semua dosa-dosa;
  2. Percaya dalam Yahushua dan dalam jasa pengorbanan-Nya.

Orang-orang yang sudah bertobat harus dituntun pada pemahaman dan pengertian yang benar mengenai Sepuluh Perintah serta akibat menakutkan dari pelanggaran terhadap Taurat itu, agar mereka membenci dosa dan beralih sepenuhnya pada Sang Juruselamat serta mengikuti teladan-Nya: taat pada perintah Bapa, bahkan taat sampai mati. Karena sekali lagi dosa adalah pelanggaran terhadap Sepuluh Perintah!

Setiap orang yang berbuat dosa, melanggar juga hukum Yahuwah, sebab dosa ialah pelanggaran hukum Yahuwah.

1 Yohanes 3:4

Setelah Yahushua terangkat, jemaat mula-mula mengalami penganiyaan di mana-mana karena mempertahankan prinsip-prinsip Injil yang murni. Mereka terpaksa tercerai-berai dan melarikan diri ke mana saja mereka dapat pergi, bahkan tidak sedikit yang harus menerima kekalahan dan dibunuh. Mereka yang telah melabuhkan iman mereka jauh sampai ke dalam ruang maha kudus telah rela kehilangan apapun demi mahkota kehidupan yang telah menanti mereka. Namun mereka yang tidak tahan uji akhirnya mulai menurunkan standar Injil murni yang ada pada mereka dan mulai berkompromi dengan kekafiran, inilah cikal-bakal lahirnya injil palsu moderen yang ada saat ini.

Selanjutnya di bawah kekuasaan Romawi dunia berada dalam “zaman kegelapan”, sedihnya pada saat itu, gerejalah yang menjadi pemegang kekuasan dunia, namun gereja pula yang membawa dirinya semakin jauh dari Injil yang murni dengan semakin banyaknya kompromi-kompromi bersama agama-agama berhala. Ajaran-ajaran yang sama sekali asing bagi Alkitab diajarkan, seperti konsep Tritunggal. Sepuluh Perintah pun di amandemen dengan cara melegalkan penggunaan patung dalam peribadatan dan menggeser hari Ibadah Suci. Kalender Lunisolar Alkitab pun disingkirkan dan diganti dengan kalender milik para penyembah berhala yaitu: kalender Masehi, tindakan ini mengubur Sabat yang sejati dan melahirkan Sabat Sabtu yang palsu.

Pada abad ke-4, Sabat Lunar berdasarkan kalender Lunisolar Alkitab telah dipindahkan ke hari Sabtu kalender Masehi. Umat Yahudi beribadah pada hari Sabtu karena aturan Talmud (bukan Kitab Suci) membenarkan tindakan itu.

Akhirnya tampillah orang-orang seperti John Wycliffe, Huss dan Jerome, Marthin Luther, Ellen White dan banyak lagi yang melakukan protes terhadap praktek-praktek gereja yang sudah begitu banyak meninggikan adat-istiadat manusia dan tidak lagi berdasarkan Alkitab. Mereka tentu belum sempurna, mereka tanpa sadar masih melakukan beberapa kesalahan yang mereka warisi dalam tebalnya debu tradisi, namun mereka masing-masing “berdasarkan terang yang ada pada mereka” telah berusaha mengembalikan gereja ke jalurnya.

Kisah-kisah mereka terpahat dalam sejarah, menatap dengan tajam kepada semua orang di akhir zaman. Memperlihatkan kepada kita betapa gereja telah jauh melenceng dari dasarnya dan telah memberitakan injil moderen yang palsu, sebuah injil yang tidak tegas menyatakan dosa dan berindung dibalik pengajaran anugerah yang kebablasan. Di dalam terang yang ada pada mereka masing-masing pada zamannya, mereka telah tampil menyerukan untuk kembali ke Alkitab, Sola Scriptura, kata Marthin Luther. Proses ini terus berlanjut hingga hari ini, ketika semakin banyak terang yang diberikan Surga kepada dunia. Protes-protes dengan seruan yang sama: “Sola Scriptura” terus bergema, dan hal ini akan terus dilakukan sampai kita semua mencapai kesempurnaan iman dan menjadi serupa dengan Kristus: yang mengesampingkan adat istiadat dan taat sepenuhnya pada apa yang tertulis di dalam Kitab Suci!

Sekiranya anda mau mempelajari sejarah maka banyak penipuan dan tradisi-tradisi tidak Alkitabiah yang akan terungkap di depan mata anda, dan anda akan menyadari di mana posisi anda di dalam perjalanan anda dalam kisah ini. Apakah anda siap mengulangi kesalahan sejarah atau apakah anda sudah “melek” dan siap bangkit dan keluar dari “jurang” tradisi?.

Kekuatan jahat yang bekerja di balik peninggian tradisi-tradisi manusia terlalu sering disepelekan, ini adalah satu pelajaran lain yang harus kita catat, karena telah banyak orang yang tidak sadar akan adanya kejahatan dibalik pengadopsian tradisi-tradisi agama ke dalam praktek-praktek gereja. Setelah Setan menyadari bahwa penganiayaan saja tidak akan pernah sanggup menghentikan injil yang murni, maka melalui orang-orangnya, yaitu mereka yang tidak tahan uji, setan mulai menancapkan kukunya di dalam gereja. Orang-orang yang tidak berpegang teguh pada Kitab Suci akan dengan mudah menjadi “mangsa tak berdaya” karena semua orang yang tidak menjadikan Alkitab sebagai patokan pasti akan dapat dituntun untuk melawan kehendak Bapa Yahuwah. Dengan cara ini, musuh yang licik ini telah memenangkan apa yang tidak dapat diperoleh melalui jalan kekerasan.

Dan akhirnya, sebagaimana sekarang, kebanykan orang Kristen, sambil memberitakan injil palsu moderen, telah menurunkan standar praktek-praktek agama mereka dan berkompromi dengan tradisi-tradisi dunia. Tetapi akan selalu ada umat sisa yang tetap mempelajari kehidupan Sang Juruselamat dan dengan sungguh-sungguh memperbaiki kekurangan yang ada pada diri mereka sendiri serta menyesuaikan diri dengan Sang Teladan mereka.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *