Nefilim adalah orang-orang bertubuh raksasa hasil perkawinan terlarang antara para malaikat pemberontak yang telah diusir dari Surga dengan para perempuan bumi. Nefilim adalah makhluk baru yang telah menyebabkan seluruh dunia sebelum air bah menjadi begitu rusak hingga harus ditumpas habis, dan makhluk ini juga yang menjadi salah satu alasan penumpasan bangsa Kanaan di masa lalu.
Alkitab berkata:
Ketika manusia itu mulai bertambah banyak jumlahnya di muka bumi, dan bagi mereka lahir anak-anak perempuan, maka anak-anak Elohim melihat, bahwa anak-anak perempuan manusia itu cantik-cantik, lalu mereka mengambil isteri dari antara perempuan-perempuan itu, siapa saja yang disukai mereka. . . . Pada waktu itu orang-orang raksasa ada di bumi, dan juga pada waktu sesudahnya, ketika anak-anak Elohim menghampiri anak-anak perempuan manusia, dan perempuan-perempuan itu melahirkan anak bagi mereka; inilah orang-orang yang gagah perkasa di zaman purbakala, orang-orang yang kenamaan. (Kejadian 6:1-2,4).
Yang dimaksud dengan “anak-anak Elohim” dalam ayat di atas adalah para malaikat yang telah memberontak dan telah terusir dari Surga. Banyak pemahaman lain yang muncul yang tidak sesuai dengan itu, namun sudah seharusnya kita menyingkirkan setiap pendapat yang hanya berdasarkan asumsi tanpa memiliki bukti Alkitab yang lebih kuat. Alkitab dan hanya Alkitab saja yang harus menjadi patokan kita.

“Anak-anak Elohim” dalam bahasa Ibrani adalah B’nai HaElohim. Kata-kata ini ditemukan hanya lima kali di dalam Kitab Perjanjian Lama. Dua pada ayat di atas dan tiga ayat yang lain terdapat dalam Kitab Ayub berikut ini:
Pada suatu hari datanglah anak-anak Elohim menghadap Yahuwah dan di antara mereka datanglah juga Iblis. (Ayub 1:6).
Pada suatu hari datanglah anak-anak Elohim menghadap Yahuwah dan di antara mereka datang juga Iblis untuk menghadap Yahuwah. (Ayub 2:1).
Maka dari dalam badai Yahuwah menjawab Ayub: “Siapakah dia yang menggelapkan keputusan dengan perkataan-perkataan yang tidak berpengetahuan? Bersiaplah engkau sebagai laki-laki! Aku akan menanyai engkau, supaya engkau memberitahu Aku. Di manakah engkau, ketika Aku meletakkan dasar bumi? Ceritakanlah, kalau engkau mempunyai pengertian! Siapakah yang telah menetapkan ukurannya? Bukankah engkau mengetahuinya? –Atau siapakah yang telah merentangkan tali pengukur padanya? Atas apakah sendi-sendinya dilantak, dan siapakah yang memasang batu penjurunya pada waktu bintang-bintang fajar bersorak-sorak bersama-sama, dan semua anak-anak Elohim bersorak-sorai? (Ayub 38:1-7).
Dalam semua ayat-ayat di atas, menjadi jelas bahwa “anak-anak Elohim” adalah para malaikat. Jadi Musa dalam kitab Kejadian pasal 6 mengatakan kepada kita bahwa para malaikat tinggal bersama [kawin] dengan para perempuan dan bagi mereka lahirlah anak-anak bertubuh raksasa (dalam bahasa Ibrani disebut Nefilim). Bagi sebagian orang ini mungkin terdengar aneh, tapi itulah yang ayat-ayat ini katakan.
Sebagian orang mengatakan bahwa “anak-anak Elohim” adalah keturunan Set [keturunan orang benar] dan anak-anak perempuan manusia adalah keturunan Kain [keturunan yang jahat].
Tidak ada ayat di dalam Alkitab yang menyebut keturunan Set sebagai “anak-anak Elohim” (B’nai HaElohim). B’nai HaElohim digunakan secara khusus untuk merujuk pada para malaikat dalam Kitab Perjanjian Lama. Kitab Ayub pasal 38 secara khusus telah menjelaskan bahwa anak-anak Elohim adalah para malaikat, karena manusia mana yang sudah hadir pada saat Yahuwah meletakkan dasar bumi?
Jika Kejadian 6:1-2,4 dimaksudkan untuk membedakan “anak-anak laki-laki Set dan anak-anak perempuan Kain”, mengapa tidak langsung berkata seperti itu? Set bukan Eloah, dan Kain bukan Adam. (Mengapa bukan “anak-anak laki-laki Kain” dan “anak-anak perempuan Set?” Tidak ada dasar untuk membatasi ayat-ayat ini pada salah satu kelompok dari keturunan Adam. Lebih jauh, tidak ada disebutkan di sana anak-anak perempuan Elohim).
Perkawinan sesama manusia yang berbeda keyakinan tidak akan menghasilkan makhluk yang tidak alami, justru karena pernikahan tidak alami antara para malaikat pemberontak dan perempuan bumi inilah maka anak-anak yang lahir menjadi raksasa.
Banyak orang yang juga menolak “anak-anak Elohim” diartikan sebagai malaikat dengan alasan bahwa “malaikat tidak bisa kawin”, dan sebagai pendukungnya orang-orang ini mengutip ayat-ayat dari Matius 22:30; Markus 12:25; Lukas 20:34-36. Namun ayat-ayat ini jika diperhatikan dengan baik sebenarnya berbicara tentang para malaikat yang ada di Surga, bukan malaikat pemberontak yang ada di bumi. Di Surga jelas tidak ada perkawinan secara fisik. Di Surga para malaikat dan manusia yang dianggap layak untuk masuk ke sana tidak menjadi tua dan mati. Tidak diperluhkan adanya perkawinan untuk menambah penduduk. Lebih jauh, malaikat yang taat tentu tidak akan melanggar ketetapan ini. Tetapi hal ini tentu akan bertolak belakang jika kita membicarakan para malaikat pemberontak yang tidak taat “yang melampaui batas-batas kekuasaan mereka, sehingga pergi meninggalkan tempat tinggal mereka”. [baca Yudas 1:6, terjemahan BIS].
Sebagaimana manusia di bumi banyak yang memberontak dengan melakukan hal-hal yang dilarang untuk dilakukan —seperti hubungan Lesbi, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT)— demikian pula para malaikat pemberontak yang telah terusir dari Surga. Bahkan sebenarnya para manusia pemberontak di bumi justru mendapat inspirasi untuk melakukan banyak kejahatan yang keji dari para malaikat pemberontak ini. Yudas 1:6-7 bahkan dengan jelas menyamakan perilaku para malaikat pemberontak dengan perilaku orang-orang Sodom dan Gomora yang “melakukan percabulan dan mengejar kepuasan-kepuasan yang tak wajar“.

Kebenaran bahwa para malaikat pemberontak dapat kawin dengan perempuan bumi adalah tidak berlebihan, karena sekalipun para malaikat adalah roh namun berulang kali Alkitab mencatat para malaikat berubah wujud menjadi manusia dan melakukan hal-hal yang dilakukan oleh manusia biasa, seperti makan, minum, bersosialisasi, dll. Di sisi yang sama Alkitab juga tidak pernah mengatakan bahwa para malaikat pemberontak tidak bisa kawin dan berkembang biak. Sekali lagi para malaikat di Surga tidak kawin BUKAN karena tidak bisa TETAPI karena tidak perlu, dan karena mereka TAAT pada ketetapan yang ada untuk tidak kawin. Hal ini pun sama dengan manusia bumi yang kadang tidak kawin karena keadaan dan karena alasan kerajaan Surga (sama dengan alasan para malaikat Surga yang taat) –untuk lebih jelasnya baca Matius 19:12.
Jadi selama kita mau mendengar Alkitab apa adanya, maka akan menjadi jelas bahwa “anak-anak Elohim” yang kawin dengan perempuan bumi yang kemudian menghasilkan para Nefilim adalah para malaikat pemberontak yang telah terusir dari Surga.

Bapa Yahuwah menghukum dunia purba dengan air bah dan memerintahkan penumpasan bangsa-bangsa Kanaan karena mereka telah sepenuhnya terkontaminasi dengan gen Nefilim.
Tetapi Nuh mendapat kasih karunia di mata Yahuwah. Inilah riwayat Nuh: Nuh adalah seorang yang benar dan tidak bercela di antara orang-orang sezamannya; dan Nuh itu hidup bergaul dengan Elohim. (Kejadian 6:8-9).
Kata yang diterjemahkan sebagai “tidak bercela” dalam ayat di atas adalah tamiym [H#8549]. Secara konteks kata ini merujuk bukan hanya pada sifat dan perbuatan Nuh, tetapi juga kemurniannya secara genetik. Domba Paskah dan lembu betina merah, misalnya, harus tamiym (tidak cacat fisik), sama seperti semua korban penghapus dosa. (Lihat Keluaran 12:5, Bilangan 19:2, dan Imamat 4:3).
Kehadiran para Nefilim bertentangan dengan rencana Surga bagi umat manusia, yang pada awalnya telah diciptakan menurut gambar Elohim. Jika dibiarkan, kontaminasi genetik ini akan menjadi begitu merajalela di semua tempat dan membuat Sang Mesias, sebagai Domba Paskah akan mustahil untuk lahir dengan murni dan tanpa cela. Jika Bapa Yahuwah tidak campur tangan melalui peristiwa air bah dan melalui pedang bangsa Israel, maka semua garis keturunan pada akhirnya akan terkontaminasi dengan gen Nefilim. Semua harapan keselamatan melalui Sang Mesias yang dijanjikan akan lenyap.
Karena Alkitab tidak menyebutkan adanya perkawinan para malaikat pemberontak dengan perempuan bumi setelah air bah [karena sudah dibelenggu –baca 2 Petrus 2:4,5, Yudas 1:6-7], maka disimpulkan bahwa gen Nefilim telah berhasil selamat dari air bah melalui isteri Ham [dan mungkin istri Yafet], yang ikut naik ke atas Bahtera. Setelah air bah, gen Nefilim muncul kembali ketika keluarga Nuh mulai menyebar dan berkembang biak di bumi. Hal ini dibuktikan dengan keberadaan bangsa-bangsa Nefilim yang berkembang di tanah Kanaan [tanah milik Kanaan] di zaman Musa dan Yosua. Kanaan sendiri adalah anak Ham, cucu Nuh. Walaupun pendapat ini mengejutkan bagi banyak orang, namun ini adalah sebuah kesimpulan yang paling masuk akal berdasarkan bukti Alkitab.

Membawa gen Nefilim (seperti gen-gen yang lain) tidak menjamin bahwa gen itu akan diteruskan kepada keturunannya. Dalam kasus anak-anak Ham, terutama Kanaan, itu jelas terbawa. Catatan sejarah menunjukkan bahwa anak Yafet, Magog, mungkin juga telah mewarisi gen ini. Namun, tidak ada bukti, bahwa gen ini diwujudkan dalam keturunan Sem. Ingat, Sang Mesias lahir dari garis keturunan Sem, bukan Yafet, apalagi Ham. Penting juga untuk dicatat bahwa seseorang tidak dapat bertanggung jawab pada apa yang dilakukan oleh orang tua mereka. Para isteri anak-anak Nuh tidak akan secara otomatis dihakimi jika mereka terlahir dengan bakat DNA Nefilim. Itulah alasan paling masuk akal mengapa mereka diijinkan naik ke atas bahtera.
Walaupun bangsa-bangsa Kanaan bukan satu-satunya bangsa orang-orang raksasa (Nefilim), namun mereka adalah bangsa yang paling besar dan paling banyak menduduki wilayah melebih suku-suku kecil manapun.

Berikut ini adalah beberapa dari suku-suku para raksasa lain yang disebutkan dalam Alkitab:
Orang Refaim: Istilah “Refaim” muncul dalam Alkitab untuk secara umum digunakan untuk menyebut semua suku-suku orang Kanaan.15 Og, orang Amori, raja Basan, yang menjadi sisa-sisa orang Refaim: “Kemudian beloklah kita dan maju ke arah Basan. Dan Og, raja Basan, dengan seluruh tentaranya maju mendatangi kita, untuk berperang di Edrei. . . . Hanya Og, raja Basan, yang tinggal hidup dari sisa-sisa orang-orang raksasa [H#7497: râphâ’]. Sesungguhnya, ranjangnya adalah ranjang dari besi; bukankah itu masih ada di kota Raba bani Amon? Sembilan hasta panjangnya [sekitar 4 meter] dan empat hasta [sekitar 1,8 meter] lebarnya, menurut hasta biasa. (Ulangan 3:1,11). Anak-anak Israel, atas perintah Yahuwah, menumpas setiap kota di Basan dan semua penduduknya.
Orang Enak: Orang Enak adalah keturunan Enak, anak Arba (Yosua 15:13; 21:11) dan tinggal di bagian selatan Kanaan. Anak-anak Israel, di bawah komando Yosua, menumpas banyak orang Enak dan kota-kota mereka. Namun, beberapa orang, melarikan diri ke Gaza, Gat, dan Asdod. (Yosua 11:21-23). Daud dan anak buahnya kemudian mengalahkan beberapa orang Enak dari Gat, yang paling menonjol adalah Goliat. (1 Samuel 17:3-7; 2 Samuel 21:20-22).

Orang Zuzims (Orang Zamzummim): Orang Zuzims, sama dengan Orang Zamzummim, berdiam di daerah Amon kuno. Yahuwah menumpas orang Zuzims sehingga anak-anak dari Lot bisa memiliki tanah ini. (Ul. 2:19-21).
Orang Emim: Orang Emim berdiam di daerah Moab kuno. Yahuwah menumpas orang Emim sehingga anak-anak dari Lot bisa memiliki tanah ini. (Ul. 2:10-12).
Orang Hori: Orang Hori (Orang Horim) berdiam di daerah Edom kuno. Yahuwah menumpas orang Hori sehingga anak-anak Esau bisa memiliki tanah ini. (Ul. 2:12, 21-22).
Menurut Ensiklopedia Alkitab, “Kemungkinan mereka [orang Refaim, orang Enak, orang Zamzummim, dan orang Emim] adalah kelompok yang sama, diberi nama yang berbeda oleh berbagai suku yang pernah bertemu dengan mereka”. Keterkaitan antara Alkitab dan wilayah pendudukan orang Hori dengan suku-suku lain menunjukkan bahwa mereka juga adalah bagian dari sebuah kelompok yang lebih besar ini.
Semua suku-suku di atas terlibat dalam perang yang tercatat dalam kitab Kejadian pasal 14. Ini bukan pertikaian biasa; ini adalah sebuah pertempuran antara manusia dan orang-orang raksasa (Nefilim)!
Sebagaimana yang sudah disebutkan di atas, Bapa Yahuwah menjaga garis keturunan yang darinya Mesias akan datang. Selain melanjutkan garis keturunan itu dari Sem dan bukannya Ham atau Yafet seperti yang sudah disebut di atas, fakta lain yang menarik adalah bahwa garis keturunan duniawi Yahushua datang melalui perkawinan Yehuda dengan menantu perempuannya, Tamar, bukan melalui anak yang dia dapat dari istri Kanaannya! [baca Kejadian 38]. Bapa Yahuwah juga kemudian benar-benar melarang orang Israel untuk hidup bersama dengan bangsa-bangsa Kanaan. Bapa Yahuwah memberi perintah yang jelas untuk tidak menikah dengan bangsa-bangsa Nefilim:
Janganlah juga engkau kawin-mengawin dengan mereka: anakmu perempuan janganlah kauberikan kepada anak laki-laki mereka, ataupun anak perempuan mereka jangan kauambil bagi anakmu laki-laki. (Ulangan 7:3).
Bukti lain dari niat Yahuwah untuk mencegah garis keturunan Israel dari pencemaran gen Nefilim Kanaan ini ditemukan dalam pengumpulan orang Israel ke tanah Mesir di mana, mereka terisolasi, sehingga mereka bisa bertambah kuat dan bertambah banyak jumlahnya. Lebih dari 400 tahun sebelum peristiwa Keluaran, Yahuwah menyatakan kepada Abraham bahwa keturunannya akan menjadi orang asing di negeri lain (Mesir), tapi akan kembali ke sana (Kanaan) ketika “kedurjanaan orang-orang Amori” sudah genap.
Firman Yahuwah kepada Abram: “Ketahuilah dengan sesungguhnya bahwa keturunanmu akan menjadi orang asing dalam suatu negeri, yang bukan kepunyaan mereka, dan bahwa mereka akan diperbudak dan dianiaya, empat ratus tahun lamanya. Tetapi bangsa yang akan memperbudak mereka, akan Kuhukum, dan sesudah itu mereka akan keluar dengan membawa harta benda yang banyak. Tetapi engkau akan pergi kepada nenek moyangmu dengan sejahtera; engkau akan dikuburkan pada waktu telah putih rambutmu. Tetapi keturunan yang keempat akan kembali ke sini, sebab sebelum itu kedurjanaan orang Amori itu belum genap”. (Kejadian 15:13-16).
Segera setelah firman ini, kita membaca bahwa Yahuwah membuat perjanjian dengan Abraham di mana Dia berjanji untuk memberikan tanah yang diduduki oleh orang-orang Amori dan Nefilim lain untuk keturunannya.
“Kepada keturunanmulah Kuberikan negeri ini, mulai dari sungai Mesir sampai ke sungai yang besar itu, sungai Efrat: yakni tanah orang Keni, orang Kenas, orang Kadmon, orang Het, orang Feris, orang Refaim, orang Amori, orang Kanaan, orang Girgasi dan orang Yebus itu.” (Kejadian 15:18-21).
Bukti pamungkas akan hal ini terlihat dalam perintah Bapa Yahuwah untuk menumpas habis bangsa-bangsa Nefilim sambil menyatakan belas kasihan pada bangsa-bangsa lain:
Apabila engkau mendekati suatu kota untuk berperang melawannya, maka haruslah engkau menawarkan perdamaian kepadanya. Apabila kota itu menerima tawaran perdamaian itu dan dibukanya pintu gerbang bagimu, maka haruslah semua orang yang terdapat di situ melakukan pekerjaan rodi bagimu dan menjadi hamba kepadamu. Tetapi apabila kota itu tidak mau berdamai dengan engkau, melainkan mengadakan pertempuran melawan engkau, maka haruslah engkau mengepungnya; dan setelah Yahuwah, Elohimmu, menyerahkannya ke dalam tanganmu, maka haruslah engkau membunuh seluruh penduduknya yang laki-laki dengan mata pedang. Hanya perempuan, anak-anak, hewan dan segala yang ada di kota itu, yakni seluruh jarahan itu, boleh kaurampas bagimu sendiri, dan jarahan yang dari musuhmu ini, yang diberikan kepadamu oleh Yahuwah, Elohimmu, boleh kaupergunakan. Demikianlah harus kaulakukan terhadap segala kota yang sangat jauh letaknya dari tempatmu, yang tidak termasuk kota-kota bangsa-bangsa di sini. (Ulangan 20:10-15).
Tetapi dari kota-kota bangsa-bangsa itu yang diberikan Yahuwah, Elohimmu, kepadamu menjadi milik pusakamu, janganlah kaubiarkan hidup apapun yang bernafas, melainkan kau tumpas sama sekali, yakni orang Het, orang Amori, orang Kanaan, orang Feris, orang Hewi, dan orang Yebus, seperti yang diperintahkan kepadamu oleh Yahuwah, Elohimmu, supaya mereka jangan mengajar kamu berbuat sesuai dengan segala kekejian, yang dilakukan mereka bagi allah mereka, sehingga kamu berbuat dosa kepada Yahuwah, Elohimmu. (Ulangan 20:16-18).
Apabila Yahuwah, Elohimmu, telah membawa engkau ke dalam negeri, ke mana engkau masuk untuk mendudukinya, dan Ia telah menghalau banyak bangsa dari depanmu, yakni orang Het, orang Girgasi, orang Amori, orang Kanaan, orang Feris, orang Hewi dan orang Yebus, tujuh bangsa, yang lebih banyak dan lebih kuat dari padamu, dan Yahuwah, Elohimmu, telah menyerahkan mereka kepadamu, sehingga engkau memukul mereka kalah, maka haruslah kamu menumpas mereka sama sekali. Janganlah engkau mengadakan perjanjian dengan mereka dan janganlah engkau mengasihani mereka. Janganlah juga engkau kawin-mengawin dengan mereka: anakmu perempuan janganlah kauberikan kepada anak laki-laki mereka, ataupun anak perempuan mereka jangan kauambil bagi anakmu laki-laki; sebab mereka akan membuat anakmu laki-laki menyimpang dari pada-Ku, sehingga mereka beribadah kepada allah lain. Maka murka Yahuwah akan bangkit terhadap kamu dan Ia akan memunahkan engkau dengan segera. Tetapi beginilah kamu lakukan terhadap mereka: mezbah-mezbah mereka haruslah kamu robohkan, tugu-tugu berhala mereka kamu remukkan, tiang-tiang berhala mereka kamu hancurkan dan patung-patung mereka kamu bakar habis. (Ulangan 7:1-5).
Jadi Bapa Yahuwah yang penuh kasih telah memberi waktu yang cukup lama bagi bangsa-bangsa pemberontak [bangsa-bangsa Nefilim] untuk menyadari kesalahan-kesalahan mereka, bahkan Dia menanti dengan sabar sampai kedurjanaan mereka sudah genap. Barulah setelah itu melalui tindakan kepahlawanan dari orang-orang Ibrani seluruh dunia setelah Air Bah menjadi takut kepada Yahuwah, Elohim Yang Benar dari Abraham, Ishak dan Yakub. Yahuwah mendapat kemuliaan melalui orang-orang pilihan-Nya dan bangsa “Pembantai raksasa” ini berdiri sebagai sebuah kesaksian bagi semua bangsa lain akan kekuatan dan kebenaran yang luar biasa dari Sang Pencipta langit dan bumi Yang Hidup. Bangsa ini kecil namun melalui mereka [Yahuwah] menunjukkan kepada dunia dan kepada malaikat pemberontak apa yang manusia dalam hubungan yang benar dengan-Nya dapat lakukan.
Tetapi sebelum kedua orang itu tidur, naiklah perempuan itu mendapatkan mereka di atas sotoh dan berkata kepada orang-orang itu: “Aku tahu, bahwa [Yahuwah] telah memberikan negeri ini kepada kamu dan bahwa kengerian terhadap kamu telah menghinggapi kami dan segala penduduk negeri ini gemetar menghadapi kamu. Sebab kami mendengar, bahwa [Yahuwah] telah mengeringkan air Laut Teberau di depan kamu, ketika kamu berjalan keluar dari Mesir, dan apa yang kamu lakukan kepada kedua raja orang Amori yang di seberang sungai Yordan itu, yakni kepada Sihon dan Og, yang telah kamu tumpas. Ketika kami mendengar itu, tawarlah hati kami dan jatuhlah semangat setiap orang menghadapi kamu, sebab [Yahuwah Elohimmu], ialah [Elohim] di langit di atas dan di bumi di bawah. (Yosua 2:8-11)
Perintah Bapa untuk menumpas bangsa-bangsa Kanaan bukanlah sebuah tindakan yang sewenang-wenang. Penumpasan orang-orang Kanaan adalah sebuah tindakan yang menjadi tanda dari pemeliharaan yang tak tertandingi dan kasih yang tanpa pamrih. Jika Bapa Yahuwah membiarkan kekafiran bangsa-bangsa Nefilim terus berlanjut tanpa hambatan, maka seluruh bumi sekali lagi akan menjadi rusak, dan garis keturunan Sang Mesias yang dijanjikan akan tercemar, sehingga akan menjadi mustahil bagi kita untuk dapat terselamatkan. Pujilah nama Yahuwah yang tak tertandingi sekarang dan selamanya. Dia yang mengetahui kesudahan sesuatu dari sejak awal adalah adil dan benar dalam segala jalan-Nya!